barangkali aku ingin abai padamu


jari – jari hujan, menyentuh daun – daun yang seperti tuts piano.
aku merasa mendengar kesedihan dilagukan;
lebih sayup, lebih kuyup daripada jalanan kota ini.
ini bukan sore yang pulang
mengabarkan tentang cinta yang bertahan setelah seseorang pergi terburu – buru,
setelah airmatanya tumpah di mataku.
bukankah pada cinta yang baik, yang menangis dan memberi tangis sama sakitnya?
maka aku tidak akan menduga, apakah tubuhmu dan tubuh angin pernah mesra bersentuhan.
lalu tubuh angin menjadi selapang perjalanan.
barangkali aku ingin abai padamu; barangkali aku ingin abai pada apa yang menolak dilupakan.
karena kita sama tahu, kita pernah melintasinya: deret pepohonan, mesra kata – kata, yang akhirnya memilih tumbang juga.

Jakarta, 2012

Taken from...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fallen Words

Letters to God

Kau Aku Kita